Monday, May 5, 2008

Sambutan Ketua ICMI Orda Bojonegoro

Pada Acara Silaturrahim dan Dialog Publik
Pengukuhahn ICMI Orda Bojonegoro
Sabtu, 1 Juli 2006
Oleh: SUPRAPTO ESTEDE

Pembuka


Bismillahirrahmanirrahiem;
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh;


Alhamdulillah, berkat limpahan rahmat dan nikmat dari Allah SWT, kita diberi kesempatan pada pagi yang ceria dan segar ini, untuk bertemu, bermuwajjahah dalam rangka pengukuhan pengurus ICMI Orda Bojonegoro periode 2006-2011. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah atas junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqamah hingga akhir zaman.

Pada kesempatan berbahagia ini, perkenankan kami menyampaikan ucapan sugeng rawuh, selamat datang dan terima kasih, khususnya kepada Bapak H.A. Latief Burhan (Ketua ICMI Orwil Jatim), Bapak H. Aman Sudarto (Narasumber), Bapak H. Moch. Santoso (Bupati), beserta segenap undangan lainnya, atas perkenannya hadir memenuhi undangan Panitia Penyelenggara acara ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya tak lupa juga kami haturkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam bentuk apapun untuk penyelenggaraan acara ini.

Wawasan Dasar ICMI

Mengawali sambutan kami, perkenankan kami sedikit mengutip mengenai khittah atau wawasan dasar ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia) yang didirikan di Malang pada tanggal 7 Desember 16 tahun yang lalu, yang merupakan wadah bagi para cendekiawan muslim untuk beramal, berkreasi, berkomunikasi dan berprestasi guna mengangkat harkat kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT.

Ada tiga hal yang merupakan pangkal pandangan dasar ICMI, yaitu: ke-Islaman, ke-Indonesiaan, dan ke-Cendekiawanan. Sifat dasar ke-Islaman memberikan landasan bagi pandangan-pandangan yang universal. Sifat ke-Indonesiaan menyediakan lingkup penerjemahan pandangan ke-Islaman yang universal dalam konteks ruang dan zaman modern. Sifat ke-Cendekiawanan merupakan tumpuan amanat khusus yang diemban ICMI dalam perjuangan membangun masyarakat dan bangsa.

Berdasarkan hal tersebut, maka agenda kegiatan ICMI adalah meliputi ruang lingkup keseluruhan wilayah Indonesia dan menjangkau masa depan yang jauh. Dan berkaitan dengan ini, pertama-tama ICMI dituntut untuk mampu menterjemahkan nilai-nilai universal Islam dalam konteks ruang Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya, dan dalam konteks zaman modern sekarang ini. Ini tidak mudah, mengingat bahwa Islam saat ini merupakan agama dari penduduk negeri-negeri yang masih tertinggal, berhadapan dengan proses globalisasi yang didominasi oleh kekuatan-kekuatan dari negeri-negeri non-muslim di Amerika Utara, Eropa Barat dan Asia Timur. Kesulitan itu diperbesar oleh adanya usaha-usaha melakukan disinformasi tentang Islam dan kaum muslimin, bahkan ada yang menyebutnya konspirasi dari berbagai kalangan, khususnya Barat, melalui penggunaan segi-segi keunggulan lahiriah mereka.

Namun situasi yang sulit itu justru merupakan tantangan bagi umat Islam untuk mengetengahkan keyakinannya yang fithri dan hanif. Krisis kemanusiaan yang berdimensi global itu tidak lagi terbatas hanya kepada masyarakat-masyarakat tertentu di muka bumi ini, melainkan juga merupakan persoalan bagi umat Islam. Maka kaum muslimin ikut bertanggung jawab untuk mencari jalan mengatasi krisis itu dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran.

Disamping itu, setiap anggota ICMI memahami relevansi ajaran Islam dengan kehidupan manusia di segala bidang, dalam kaitannya dengan bentuk hubungan yang benar antara manusia dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan alami maupun lingkungan manusiawi dengan pola-pola budaya dan peradabannya. Islam menegaskan, bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT satu-satunya yang dianugerahi kehormatan memegang dan menjalankan amanah kekhalifahan di muka bumi ini. Sebagai khalifah, manusia dianugerahi kemerdekaan untuk memilih dan menentukan ke mana arah hidup mereka akan dituju.

Oleh karena itu, manusia diwajibkan untuk memanfaatkan sumberdaya alam sebagai anugerah dari Allah SWT untuk membangun dan memakmurkan bumi demi kepentingan hidup mereka sendiri. Maka aktivitas membangun bangsa dan negara bagi setiap anggota ICMI merupakan suatu kewajiban suci dalam rangkaian pelaksanaan perintah Allah SWT.

Sebagai sekelompok masyarakat yang telah ditaqdirkan Allah SWT lahir dan hidup di tanah air Indonesia yang beragam suku, tradisi dan agama, para anggota ICMI menyadari kehadiran mereka sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan bangsa Indonesia, dan bertekad untuk ikut berperan sebesar-besarnya dalam membina satu negara kesatuan yang berbentuk republik berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kesadaran ini membuat para anggota ICMI berkeyakinan bahwa demi kesatuan bangsanya mereka berjuang mempertahankan langgengnya persatuan bangsa berdasarkan falsafah kenegaraan yang telah disepakati bersama.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa bagi setiap anggota ICMI adalah identik dengan tauhid, yaitu keyakinan akan ke-Maha Esa-an Allah SWT. Bagi setiap anggota ICMI, keyakinan dengan komitmen kepada Allah sesuai dengan ikrar mereka: “Sesungguhynya ibadahku, amal bhaktiku, hidupku dan matiku, adalah semata-mata bagi Allah seru sekalian alam”. Tekad dan komitmen itu membentuk kepribadian setiap muslim, termasuk setiap anggota ICMI, dengan kesadaran akan tanggung jawab mutlaknya di hadapan Tuhan Maha Pencipta.

Kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi landasan pendirian setiap anggota ICMI dalam seluruh aktifitas mereka selama hidup di dunia ini demi mendatangkan kemaslahatan bagi manusia seluruhnya. Kemaslahatan dan keselamatan manusia seluruhnya merupakan sumbu pertimbangan amal perbuatan para anggota ICMI. Dengan begitu maka setiap anggota ICMI, selaku seorang muslim, menyadari bahwa kehadiran mereka di muka bumi berfungsi sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam dan kemanusiaan sejagat, sejalan dengan iradah Allah SWT. Karena itu ICMI melalui perorangan para anggotanya ataupun secara kolektif, berjuang bersama kelompok-kelompok lain yang ada di tanah air tercinta ini dalam rangka membina dan mempertahankan persatuan bangsa, sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda. Sikap dan tekad ini terpaterikan dalam kalbu setiap anggota ICMI berdasar keyakinan akan firman Allah yang menegaskan bahwa tanpa hubungan yang baik dengan Allah SWT, masyarakat manusia akan hidup terhina di dunia ini.

Lebih lanjut lagi, prinsip musyawarah sebagai pola pemecahan masalah hidup bersama dan mekanisme pemeliharaan keutuhan masyarakat manusia merupakan satu rangkaian kesatuan dengan keseluruhan hukum yang tunggal dari Allah SWT yang meliputi seluruh ciptaan-Nya. Seluruh jagad raya diciptakan Allah dengan menetapkan hukum keseimbangan yang menjaga keutuhannya. Demikian pula, Allah SWT menjaga kelestarian hidup di bumi ini juga dengan menetapkan mekanisme pengimbangan suatu kelompok manusia oleh kelompok manusia yang lain, suatu hukum Allah yang bahkan disebutkan sebagai kemurahan atau rahmatNya kepada seluruh alam.

Tujuan akhir setiap kegiatan anggota ICMI dalam melakukan jihad, ijtihad, dan mujahadah identik dengan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu tegaknya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Perjuangan mencapai cita-cita bangsa itu bagi setiap anggota ICMI merupakan manifestasi rasa syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan mereka nikmat iman, ilmu dan hikmah. Sikap bersyukur mengandung makna pandangan dan penerimaan positif dan penuh harapan kepada Allah SWT. Karena itu bersyukur juga menjadi sumber energi dan kekuatan lahir dan batin untuk bekerja dan berkreasi, sehingga nikmat karunia Allah SWT itu akan semakin bertambah.

ICMI menyadari sepenuhnya tantangan besar yang dihadapi bangsa untuk mengoperasionalkan secara sistemik dan berkelanjutan berbagai sila dari Pancasila sebagaimana yang sebagian telah dikemukakan di atas. Tantangan besar yang dihadapi adalah tidak adanya contoh di dunia ini suatu negara yang diorganisasi dan diatur secara operasional berbasis kepada nilai-nilai moral yang agung sebagaimana tercermin didalam lima prinsip pokok kenegaraan yang disepakati bersama, khususnya yang menyangkut prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan.

ICMI menyadari tantangan besar yang dihadapinya dalam pengembangan kecendekiawanan pada era tantangan global, suatu era yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang amat pesat yang diikuti oleh perubahan yang pesat pula di segala bidang kehidupan. Segala sesuatu ini membutuhkan penyelesaian masalah yang kreatif dan inovatif bagi pengembangan secara holistik dimensi ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Dalam kaitan inilah ICMI harus menciptakan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap anggotanya untuk meningkatkan kualitas ke-Cendekiawanan setinggi-tingginya. ICMI perlu membangun dirinya sebagai sebuah lembaga yang belajar terus sehingga mampu menyerap perkembangan lingkungan, baik untuk kemaslahatan dirinya maupun untuk kemaslahatan umat.

Semua yang disebutkan di atas tadi merupakan sebagian dari wawasan asasi ICMI secara garis besar. Keseluruhan wawasan ICMI tentu jauh lebih luas dan lebih komprehensif daripada yang telah dicoba paparkan tadi. Paparan tersebut dibuat sebagai pangkal ukur bagi masing-masing anggota ICMI untuk mengembangkan wawasannya sesuai dengan penghayatan masing-masing akan tiga persoalan pokok, yaitu: ke-Islaman, ke-Indonesiaa, dan ke-Cendekiawanan.

Tiga persoalan pokok itu sendiri bagi ICMI sesungguhnya merupakan kesatuan utuh yang tidak bisa dipilah-pilah. Pemilahan dilakukan hanyalah untuk kepentingan pembahasan analitis dan pemberian tekanan-tekanan permasalahannya. Sedangkan pada hakekatnya seorang anggota ICMI harus berpandangan dan bertindak sekaligus sebagai seorang muslim, seorang warga Indonesia, dan seorang cendekiawan.

ICMI Orda Bojonegoro

Sebagai hasil Musyawarah Daerah Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (Musda ICMI) Organisasi Daerah Bojonegoro pada tanggal 27 Nopember 2005 telah terbentuk Tim Formatur yang bertugas menyusun kepengurusan ICMI Orda Bojonegoro. Dan alhamdulillah, pada tanggal 4 Desember 2005 Tim Formatur telah berhasil mengambil keputusan mengenai susunan Pengurus ICMI Orda Bojonegoro masa bhakti 2006-2011 yang dikukuhkan pada hari ini.

Dalam salah satu agenda acara Musda ICMI tersebut, yaitu pada acara sarasehan dan dialog publik dengan tema: “Aktualisasi peran cendekiawan muslim dalam mewujudkan kemandirian dan keunggulan daerah” sekurang-kurangnya ada dua masalah pokok yang direkomendasikan untuk ditindaklanjuti oleh Pengurus ICMI Orda Bojonegoro periode 2006-2011. Dua masalah itu adalah masalah peningkatan kualitas pendidikan, dan masalah pengelolaan zakat. Dalam hal peningkatan kualitas pendidikan, dipandang perlu untuk diupayakan berdirinya sebuah perguruan tinggi negeri, yang diharapkan akan dapat mempengaruhi peningkatan kualitas pada jenjang pendidikan di bawahnya, disamping akan berdampak positif pada kemajuan daerah Kabupaten Bojonegoro. Sementara itu, perguruan-perguruan tinggi swasta yang sudah ada, yang juga merupakan aset daerah, perlu terus diupayakan pembinaan dan pengembangannya secara optimal sehingga memiliki keunggulan dan dayasaing yang tinggi. Dalam hal zakat, maka pengumpulan dan pengelolaan zakat perlu terus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya dengan antara lain: Sosialisasi yang efektif dan terus menerus; Penyuluhan dan pendekatan kepada para Muzakki, termasuk tatacara perhitungan zakatnya; Serta terciptanya badan amil zakat yang benar-benar mampu mengelola zakat secara benar dan profesional.

Kemudian, Musda ICMI Orda Bojonegoro juga mengamanatkan garis-garis besar program yang menjadi acuan penyusunan program kerja Pengurus ICMI periode 2006-2011. Garis-garis besar program dimaksud antara lain menyangkut: Peningkatan kualitas hidup, kualitas fikir, dan kualitas kerja; Pemilihan dan penentuan langkah-langkah strategis, cepat dan tepat sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki; serta Tetap memiliki komitmen dan konsisten terhadap program-program yang berorientasi pada kebutuhan umat. Berdasarkan garis-garis besar program tersebut, maka Program ICMI Orda Bojonegoro periode 2006-2011 antara lain meliputi:
1. Pengembangan organisasi dan kelembagaan
2. Pengembangan iptek, peningkatan kualitas SDM dan pembangunan
3. Pemberdayaan ekonomi umat
4. Pemberdayaan hukum, HAM, dan lingkungan hidup
5. Pemberdayaan perempuan dan anak
6. Melaksanakan program MKPD (Majelis Kajian Pembangunan Daerah)
7. Melaksanakan program MASIKA (Majelis Sinergi Kalam)
8. Pengembangan MAFIKIBB (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan Bahasa)
9. Pemberdayaan PINBUK (Pusat Inkubasi Unit Usaha Kecil)
10. Mendirikan dan menyelenggarakan Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah (BMT/Koperasi Syari’ah)
11. Menjalin Silaturrahim, khususnya dengan ormas/lembaga Islam
12. Membentuk, mengkonsolidasi dan revitalisasi organisasi Orsat-orsat (Organisasi Satuan) se-Kabupaten Bojonegoro
13. Menyelenggarakan kajian-kajian rutin setiap bulan.

Sehubungan dengan program-program tersebut, maka keberhasilan dalam pelaksanaannya tentu sangat tergantung kepada terciptanya tim yang solid dengan kerjasama yang kompak dan harmonis, dan dengan dukungan dari berbagai pihak terkait. Untuk itu, pada kesempatan yang berbahagia ini kami mengajak kepada segenap pengurus baru untuk menciptakan sebuah tim yang solid dan dinamis, dengan terus membangun sifat-sifat ke-Islaman, ke-Indonesiaan dan ke-Cendekiawanan.

Kepada Dewan Penasehat dan Dewan Pakar, kami senantiasa mengharap nasehat dan masukan-masukannya guna kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan program-program ICMI Orda Bojonegoro, sehingga keberadaan ICMI di Kabupaten Bojonegoro ini benar-benar dapat dirasakan manfaatnya. Kepada Pengurus ICMI Orwil Jawa Timur kami juga berharap dapat terbangunnya jaringan komunikasi dan informasi yang semakin lancar dan meningkat.

Dan kepada segenap Pengurus ICMI Orsat di beberapa Kecamatan yang telah berhasil dibentuk, kami ucapkan selamat: selamat beramal, selamat berkreasi, berkomunikasi, dan selamat berprestasi di ICMI. Dan untuk Kecamatan-kecamatan yang belum terbentuk dapat segera menyusul, demikian juga di perguruan tinggi-perguruan tinggi serta antar Masjid-Masjid. Semoga kita senantiasa mendapatkan ridlo dari Allah SWT.

Penutup

Demikian sambutan kami, sekali lagi terima kasih atas perhatian dan kehadirannya, dan mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan. Akhirnya, kami mohon perkenan Bapak Bupati untuk berkenan memberikan sambutan sekaligus membuka acara Dialog Publik. Untuk itu, sebelumnya kami haturkan terima kasih.

Billahit taufiq wal hidayah;
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh;



Bojonegoro, 1 Juli 2006
SUPRAPTO ESTEDE